Tidak hanya Mesir yang punya sejarah. Sampah juga punya Sejarah. Sama seperti di negara lain, sampah adalah masalah klasik.
Sejak jaman Restorasi Meiji pada 1867, jumlah penduduk Jepang semakin banyak.
Jepang pun masuk ke jaman industrialisasi di mana produktivitas semakin
meningkat. Tidak dapat dihindari, jumlah sampah pun makin banyak. Ini sejalan
dengan “teori” Mason Cooley bahwa
Manusia mempertahankan dirinya dengan mengubah
alam menjadi sampah. Sehingga pada tahun 1900, pemerintah Jepang meminta
masyarakat untuk memisahkan sampah secara sederhana. Tujuan utamanya adalah
menghindari penyakit dan menurunkan volume sampah. Pemisahan ini kurang
mendapat perhatian serius karena Jepang sudah masuk Perang Dunia I dan II.
Pada tahun 1960an, kondisi kota-kota di Jepang
masih terbilang kotor. Pemerintah segera menerapkan prinsip 3R diatas tadi, dan
bertanggungjawab terhadap kebersihan kota. Ini pun tidak cukup membantu dalam
mengurangi sampah: diperlukan kerjasama dengan masyarakat. Secara perlahan,
masyarakat Jepang bergotong royong membersihkan lingkungan dan memisahkan
sampah.
Pembagian sampah makin lama makin rumit karena
jenis barang yang muncul di pasaran juga semakin banyak. Di Yokohama misalnya,
pembagian sampah sampai belasan jenis berawal pada bulan April 2005. Wilayah
lain juga mengesahkan aturan yang sama. Namun, ini tergantung pada ketersediaan
mesin pembakar (incineration plant) dan truk sampah untuk memungut dari
perumahan.
Kenapa Harus
Memisahkan Sampah?
Alasan pertama tentu masalah kesehatan. Sampah
identik dengan sumber penyakit, misal penyakit kulit, pernafasan, pencernaan
dan penyakit dalam lainnya.
Kedua, sampah ini juga menghemat sumber daya
alam. Sewaktu mengunjungi Nippon Steel di Chiba, saya lihat sampah-sampah plastik
(yang kita buang) berjalan di atas alas berjalan (conveyor), kemudian ada
petugas yang menyeleksi lagi, memastikan hanya plastik yang masuk ke tungku.
Plastik yang sudah masuk tungku kemudian dipanaskan (mungkin sampai 1100
derajat C). Karbon yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai elemen membuat baja.
Baja ini kemudian keluar dalam bentuk slab (lempeng tebal). Ketika selesai
ditipiskan, lempeng baja ini dipuntir dan dijadikan pipa raksasa. Pipa ini
kemudian dijual dan dipakai untuk menyalurkan air, minyak, gas dan lainnya.
Teknologi biomassa juga memanfaatkan sampah
dapur (basah) dan septik tank. Sampah dapur yang mengandung 70~80% air ini
diuapkan lalu bahan padatnya bisa dipakai untuk penyubur tanah. Sampah septik
tank biasanya diolah dengan teknologi fermentasi. Gas yang dihasilkan bisa
digunakan untuk membangkitkan daya listrik
B.
Pengertian
Sampah
Sampah adalah buangan yang dihasilkan dari
suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Sementara
didalam UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, disebutkan sampah
adalah sisa kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat
atau semi padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau
tidak dapat terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang
kelingkungan. Menurut
kamus istilah lingkungan, sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau
tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemkaian
barang rusak atau bercatat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan
atau di tolak atau buangan. Sedangkan kata bapak Dr.Tandjung,M.sc, sampah
adalah sesuatu yang tidak berguna lagi,di buang oleh pemiliknya atau pemakai
semula
Sampah berasal dari beberapa tempat, yakni :
1.
Sampah dari pemukiman penduduk pada suatu
pemukiman biasanya sampah dihasilkan oleh suatu keluarga yang tinggal disuatu
bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya cendrung organik,
seperti sisa makanan atau sampah yang bersifat basah, kering, abu plastik dan
lainnya.
2.
Sampah dari tempat-tempat umum dan perdagangan
tempat tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul
dan melakukan kegiatan. Tempat-tempat tersebut mempunyai potensi yang cukup
besar dalam memproduksi sampah termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan
dan pasar. Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa
makanan,sayuran busuk, sampah kering, abu, plastik, kertas, dan kaleng-kaleng
serta sampah lainnya.
Berbagai macam
sampah yang telah disebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja dari sumber-
sumber sampah yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
menunjukkan bahwa kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari sampah.
Terutama penumpukan sampah yang terjadi di tempat-tempat umum seperti di
pasar-pasar.
C.
Jenis-jenis
Sampah
Jenis-jenissampah jenis sampah yang ada di sekitar kita cukup beraneka ragam, ada yang
berupa sampah rumah tangga, sampah industri, sampah pasar, sampah rumah sakit,
sampah pertanian, sampah perkebunan, sampah peternakan, sampah ninstitusi /
kantor / sekolah, dan sebagainya.
Berdasarkan
asalnya, sampah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut
:
a.
Berdasarkan
sumbernya
1.
Sampah
alam
Sampah yang diproduksi di kehidupan liar
diintegrasikan melalui proses daur ulang alami,seperti halnya daun-daunan
kering di hutan yang terurai menjaditanah . Di luar kehidupan liar,
sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering di
lingkungan pemukiman.
2.
Sampah
manusia
Sampah manusia adalah istilah yang biasa
digunakan terhadap hasil-hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin.
Sampah manusia dapat menjadi bahaya serius bagi kesehatan karena dapat
digunakan sebagai vektor(sarana perkembangan) penyakit yang disebabkanvirus dan
bakteri. Salah satu perkembangan utama pada dialektika manusia adalah
pengurangan penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup yang
higenis dansanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori penyaluran
pipa (plumbing). Sampah manusia dapat dikurangi dan dipakai ulang misalnya
melalui sistem urinoir tanpa air.
3.
Sampah
konsumsi
Sampah konsumsi merupakan sampah yang
dihasilkan oleh (manusia) pengguna barang, dengan kata lain adalah
sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah. Ini adalah sampah yang umum
dipikirkan manusia. Meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini pun masih
jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
b.
Berdasarkan
sifatnya
a)
Sampah
organic (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah
membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Istilah lain dari Sampah organic adalah sampah yang dihasilkan
dari bahan-bahan hayati yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat
biodegradable. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami.
Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan
bahan organik. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut
menjadi kompos
b)
Sampah
anorganik (undegradable)
Sampah
Anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan non hayati, baik
berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah membusuk,
seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan
gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sebagian besar anorganik
tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara keseluruhan
(unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam
waktu yang lama. Sampah ini dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang
laku dijual untuk dijadikan produk laiannya. Beberapa sampah anorganik yang
dapat dijual adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton..
c. Berdasarkan bentuknya
1)
Sampah
padat
Sampah adalah bahan baik padat atau cairan
yang tidak dipergunakan lagi dan dibuang. Menurut bentuknya sampah dapat dibagi
sebagai:
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam
(biodegradability), maka dapat dibagi lagi menjadi:
ü Biodegradable: yaitu sampah yang dapat diuraikan
secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti: sampah
dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
ü Non-biodegradable: yaitu sampah yang
tidak bisa diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi lagi menjadi:
§ Recyclable: sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali
karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan
lain-lain.
§ Non-recyclable: sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi
dan tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon paper,
thermo coal dan lain-lain.
2) Sampah cair
Sampah cair adalah bahan cairan yang
telah digunakan dan tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan
sampah.
§ Limbah hitam: sampah cair yang dihasilkan dari toilet.
Sampah ini mengandung patogen yang berbahaya.
§ Limbah rumah tangga: sampah cair yang dihasilkan dari
dapur, kamar mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen.
Sampah
dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan
sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan polusi.
Dalam
kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan
konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. untuk mencegah sampah cair
adalah pabrik pabrik tidak membuang limbah sembarangan misalnya membuang ke
selokan.
D.
Dampak
Sampah
Berdasarkan wujud atau bentuknya dikenal tiga macam
sampah atau limbah yaitu : limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Contoh
limbah cair yaitu air cucian, air sabun, minyak goreng sisa, dll. Contoh limbah
padat yaitu bungkus snack, ban bekas, botol air minum, dll. Contoh limbah gas
yaitu karbon dioksida (CO2), karbon monoksida (CO), HCl, NO2, SO2 dll.
Dampak negatif sampah-sampah padat yang bertumpuk banyak
tidak dapat teruraikan dalam waktu yang lama akan mencemarkan tanah. Yang
dikategorikan sampah disini adalah bahan yang tidak dipakai lagi ( refuse)
karena telah diambil bagian-bagian utamanya dengan pengolahan menjadi bagian
yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada harganya.
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah
terhadap manusia dan lingkungan yaitu:
a. Dampak terhadap kesehatan
Lokasi dan
pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan menarik bagi
berbagai binatang seperti, lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan penyakit.
Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut :
·
Penyakit
diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit demam
berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah yang
pengelolaan sampahnya kurang memadai.
·
Penyakit jamur
dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
Penyakit yang
dapat menyebar melalui rantai makanan. Salahsatu contohnya adalah suatu
penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya
masuk kedalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa
makanan/sampah.
b. Dampak terhadap lingkungan
Cairan
rembesan sampah yang masuk kedalam drainase atau sungai akan mencemari air.
Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesien akan
lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis.
Penguraian sampah yang di buang kedalam air akan menghasilkan asam organik dan
gas cair organik, seperti metana. Selain berbau kurang sedap, gas ini pada
konsentrasi tinggi dapat meledak.
c. Dampak Terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi
Dampak-dampak
tersebut adalah sebagai berikut :
·
Pengelolaan
sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan masyarakat.
Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan (untuk mengobati kerumah
sakit).
·
Infrastruktur
lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak memadai, seperti
tingginya biaya yang diperlukan untuk pengolahan air. Jika sarana penampungan
sampah kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung membuang sampahnya
dijalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering dibersihkan dan
diperbaiki.
E.
Pengolahan
Sampah Dengan
Konsep 3R
Menurut
Departemen Pekerjaan Umum Kota Semarang (2008), pengertian pengelolaan sampah
3R secara umum adalah upaya pengurangan pembuangan sampah, melalui program menggunakan
kembali (Reuse), mengurangi (Reduce), dan mendaur ulang (Recycle).
§ Reuse (menggunakan kembali) yaitu penggunaan kembali
sampah secara langsung,baik untuk fungsi yang sama maupun fungsi lain.
§ Reduce (mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah.
§ Recycle (mendaur ulang) yaitu memanfaatkan kembali sampah
setelah mengalami proses pengolahan.
Mengurangi
sampah dari sumber timbulan, di perlukan upaya untukmengurangi sampah mulai
dari hulu sampai hilir, upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam mengurangi
sampah dari sumber sampah (darihulu) adalah menerapkan prinsip 3R
F.
Prinsip
Pengolahan Sampah
Berikut adalah prinsip-prinsip yang bisa
diterapkan dalam pengolahan sampah. Prinsip-prinsip ini dikenal dengan nama 4M,
yaitu:
Ø Mengurangi (Reduce)
Sebisa mungkin meminimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material,
semakin banyak sampah yang dihasilkan.
Ø Menggunakan kembali (Reuse)
Sebisa mungkin pilihlah barang-barang
yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai,
buang (bahasa Inggris: disposable).
Ø Mendaur ulang (Recycle)
Sebisa mungkin, barang-barang yang sudah
tidak berguna didaur ulang lagi. Tidak semua barang bisa didaur ulang, tetapi
saat ini sudah banyak industri tidak resmi (bahasa Inggris: informal) dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain.
Ø Mengganti (Replace)
Teliti barang yang kita pakai
sehari-hari. Gantilah barang-barang yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang
yang lebih tahan lama
G.
Pengolahan
Sampah
ü Alternatif Pengelolaan Sampah :
Untuk menangani permasalahan sampah
secara menyeluruh perlu dilakukan alternatif-alternatif pengelolaan. Landfill
bukan merupakan alternatif yang sesuai, karena landfill tidak berkelanjutan dan
menimbulkan masalah lingkungan. Malahan alternatif-alternatif tersebut harus
bisa menangani semua permasalahan pembuangan sampah dengan cara mendaur-ulang
semua limbah yang dibuang kembali ke ekonomi masyarakat atau ke alam, sehingga
dapat mengurangi tekanan terhadap sumberdaya alam. Untuk mencapai hal tersebut,
ada tiga asumsi dalam pengelolaan sampah yang harus diganti dengan tiga
prinsip–prinsip baru. Daripada mengasumsikan bahwa masyarakat akan menghasilkan
jumlah sampah yang terus meningkat, minimisasi sampah harus dijadikan prioritas
utama.
Sampah yang dibuang harus dipilah,
sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal,
daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada
saat ini. Dan industri-industri harus mendesain ulang produk-produk mereka
untuk memudahkan proses daur-ulang produk tersebut. Prinsip ini berlaku untuk
semua jenis dan alur sampah.
Pembuangan sampah yang tercampur merusak
dan mengurangi nilai dari material yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi.
Bahan-bahan organik dapat mengkontaminasi/ mencemari bahan-bahan yang mungkin
masih bisa di daur-ulang dan racun dapat menghancurkan kegunaan dari keduanya.
Sebagai tambahan, suatu porsi peningkatan alur limbah yang berasal dari
produk-produk sintetis dan produk-produk yang tidak dirancang untuk mudah
didaur-ulang; perlu dirancang ulang agar sesuai dengan sistem daur-ulang atau
tahapan penghapusan penggunaan.
Program-program sampah kota harus
disesuaikan dengan kondisi setempat agar berhasil, dan tidak mungkin dibuat
sama dengan kota lainnya. Terutama program-program di negara-negara berkembang
seharusnya tidak begitu saja mengikuti pola program yang telah berhasil
dilakukan di negara-negara maju, mengingat perbedaan kondisi-kondisi fisik,
ekonomi, hukum dan budaya. Khususnya sektor informal (tukang sampah atau
pemulung) merupakan suatu komponen penting dalam sistem penanganan sampah yang
ada saat ini, dan peningkatan kinerja mereka harus menjadi komponen utama dalam
sistem penanganan sampah di negara berkembang. Salah satu contoh sukses adalah
zabbaleen di Kairo, yang telah berhasil membuat suatu sistem pengumpulan dan
daur-ulang sampah yang mampu mengubah/memanfaatkan 85 persen sampah yang
terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang.
Secara umum, di negara Utara atau di
negara Selatan, sistem untuk penanganan sampah organik merupakan
komponen-komponen terpenting dari suatu sistem penanganan sampah kota.
Sampah-sampah organik seharusnya dijadikan kompos, vermi-kompos (pengomposan
dengan cacing) atau dijadikan makanan ternak untuk mengembalikan
nutirisi-nutrisi yang ada ke tanah. Hal ini menjamin bahwa bahan-bahan yang
masih bisa didaur-ulang tidak terkontaminasi, yang juga merupakan kunci
ekonomis dari suatu alternatif pemanfaatan sampah. Daur-ulang sampah
menciptakan lebih banyak pekerjaan per ton sampah dibandingkan dengan kegiatan
lain, dan menghasilkan suatu aliran material yang dapat mensuplai industri.
Melalui proses dekomposisi terjadi proses
daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau
benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik),
seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Setiap bahan organik, bahan-bahan hayati
yang telah mati, akan mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. Daun-daun
yang gugur ke tanah, batang atau ranting yang patah, bangkai hewan, kotoran
hewan, sisa makanan, dan lain sebagainya, semuanya akan mengalami proses
dekomposisi kemudian hancur menjadi seperti tanah berwarna coklat-kehitaman.
Wujudnya semula tidak dikenal lagi. Melalui proses dekomposisi terjadi proses
daur ulang unsur hara secara alamiah. Hara yang terkandung dalam bahan atau
benda-benda organik yang telah mati, dengan bantuan mikroba (jasad renik),
seperti bakteri dan jamur, akan terurai menjadi hara yang lebih sederhana
dengan bantuan manusia maka produk akhirnya adalah kompos (compost).
Pengomposan didefinisikan sebagai proses
biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai agensia (perantara) yang
merombak bahan organik menjadi bahan yang mirip dengan humus. Hasil perombakan
tersebut disebut kompos. Kompos biasanya dimanfaatkan sebagai pupuk dan
pembenah tanah.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Kompos dan pengomposan (composting) sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Berbagai sumber mencatat bahwa penggunaan kompos sebagai pupuk telah dimulai sejak 1000 tahun sebelum Nabi Musa. Tercatat juga bahwa pada zaman Kerajaan Babylonia dan kekaisaran China, kompos dan teknologi pengomposan sudah berkembang cukup pesat.
Namun demikian, perkembangan teknologi
industri telah menciptakan ketergantungan pertanian terhadap pupuk kimia buatan
pabrik sehingga membuat orang melupakan kompos. Padahal kompos memiliki keunggulan-keunggulan
lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk kimiawi, yaitu kompos mampu:
1) Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah
sehingga memudahkan perkembangan akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara.
2) Meningkatkan kemampuan tanah dalam
mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan air lebih ama dan mencegah terjadinya
kekeringan pada tanah.
3) Menahan erosi tanah sehingga mengurangi
pencucian hara.
4) Menciptakan kondisi yang sesuai untuk
pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti cacing dan mikroba tanah yang sangat
berguna bagi kesuburan tanah.
ü Cara pengolahan sampah
Pengolahan sampah erat kaitannya dengan
masyarakat karena dari sampah tersebut akan hidup mikroorganisme penyebab
penyakit(bakteri,pathogen) jadi sampah harus betul-betul dapat diolah agar tidak
menimbulkan masalah. Pengolahan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan,
sampai pemusnahan.
Cara pengolahan sampah adalah sebagai
berikut:
1.
Pengumpulan
dan pengangkutan
Pengumpulan dan pengangkutan sampah
adalah tanggung jawab msing-masing rumah tangga / institusi penghasil sampah
harus membangun tempat pembuangan dan pengumpulan sampah, lal diangkat
keTSP(tempat pembuangan sementara, lalu ketempat pembuangan akhir).
2.
Pemusnahan
dan pengolahan
Pemusnahan dan pengolahan sampah padat
dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
1.
Ditanam(
land fill),yaitu membuat lubang didalam tanah kemudian ditimbun dalam tanah.
2.
Dibakar(incineration)
yaitu membakar sampah dalam incinerator.
3.
Dijadikan
pupuk misalnya kotoran hewan dikumpulkan menjadi pupuk kompos.
Terimakasih
sudah membaca artikel sejarah tentang sampah dari blog ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar